Pada dasarnya belajar di perguruan tinggi tidak merupakan bagian sistem pendidikan wajib, sehingga kuliah di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan yang disengaja. Ada berbagai alasan yang menjadi motivasi bagi orang untuk memasuki perguruan tinggi (menjadi mahasiswa). Berikut ini dijabarkan beberapa hal yang menjadi motivasi orang untuk memasuki jenjang pendidikan perguruan tinggi (penelitian di Amerika Serikat), yaitu:

 

  1. Alasan, terdiri dari:
    • Untuk kepuasan diri : mahasiswa yang mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri.
    • Untuk mengejar karir : mahasiswa yang memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai alat untuk mencapai tujuan profesi atau okupasi tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara untuk mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.
    • Untuk menghindar : mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindari sesuatu hal (wajib militer, keharusan bekerja), bukan karena suatu tujuan positif, disadari, dan sungguh-sungguh.
  2. Budaya mahasiswa, penelitian yang dilakukan Clark & Trow menunjukkan ada empat budaya mahasiswa yang dominan, yaitu:
    • Collegiate : berkenaan dengan mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, cheer, dll.
    • Vokasional : berkenaan dengan pengejaran keterampilan-keterampilan untuk dapat digunakan dalam bekerja.
    • Akademik : berkenaan dengan pengejaran pengetahuan.
    • Konformis : berkenaan dengan pengejaran identitas pribadi yang sesuai.
  3. Distribusi umur, pada umumnya populasi yang memasuki perguruan tinggi berumur antara 18-21 tahun. Populasi perguruan tinggi mewakili berbagai taraf kematangan, pengalaman hidup, eksplorasi okupasional, pengalaman kerja, dan kelompok-kelompok variabel lainnya.
  4. Sex composition, pada abad ke-19 yang mendominasi pendidikan di perguruan tinggi adalah laki-laki, namun di abad ke-21 persentase wanita yang memasuki perguruan tinggi meningkat dengan pesat.
  5. Kelas sosio-ekonomis, ada suatu hubungan linier antara penghasilan keluarga dengan keberadaan anak di perguruan tinggi, jika penghasilan keluarga meningkat maka kesempatan anak-anak untuk memasuki pendidikan di perguruan tinggi juga meningkat. Hal ini menyebabkan sekolah kejuruan mulai ditinggalkan. Secara tradisional, perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk melakukan mobilitas ke atas.
  6. Hasil-hasil yang didapat di perguruan tinggi, kebanyakan orang memilih pendidikan di perguruan tinggi sebab mereka merasa akan mendapat pengembalian- pengembalian, baik berupa kepribadian, maupun keuangan.

Ada beberapa hal pokok dalam bimbingan karir di perguruan tinggi, yaitu:

  1. Institusional komitmen : pengakuan dari pihak perguruan tinggi terhadap bimbingan karir sebagai bagian penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan di perguruan tinggi.
  2. Pertimbangan perencanaan : berhubungan dengan permasalahan kesegeraan bimbingan karir bagi para mahasiswa.
  3. Perencanaan program karir di perguruan tinggi :dalam perencanaan bimbingan karir sebaiknya sudah diadakan penyediaan layanan-layanan yang lengkap.

Model rangkaian untuk program karir di perguruan tinggi, adalah:

  1. Orientasi kesadaran.
  2. Assesment diri.
  3. Penjajakan karir.
  4. Mensetting tujuan karir.
  5. Pengalaman kerja.
  6. Konteks karir.
  7. Tersedianya dunia kerja.
  8. Penempatan.
  9. Alumni.

Teknik konseling yang dapat digunakan dalam konseling karir di perguruan tinggi, antara lain:

  1. Konseling kelompok.
  2. Konseling perorangan.
  3. Konseling teman sebaya.
  4. Penempatan.

Menurut Morrill dan Forrest ada empat tipe konseling karir, yaitu:

  1. Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memberikan informasi dan klarifikasi masalah.
  2. Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memusatkan perhatian pada keterampilan membuat keputusan.
  3. Konseling yang memandang karir sebagai proses, bukan sebagai tujuan.
  4. Konseling yang memusatkan perhatian pada usaha menanamkan kemampuan menggunakan karakteristik personal klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan klien sendiri.

Bimbingan konseling karir di perguruan tinggi ini agaknya lebih kompleks dari pada bimbingan konseling karir di SLTA, karena disamping individunya yang semakin kompleks, permasalahan yang adapun semakin kompleks.