Oleh,
 
Dulu, bahkan sejak duluuu sekali,, ia pernah hadir menyapa kita. Tak lama lagi, ia akan datang kembali untuk menyapa kita kesekian kalinya. Banyak orang bilang, katanya siiih ia  “sang tamu agung”. Orang-orang khususnya umat Islam selalu menanti-nanti kedatangannya. Bahkan mereka selalu bilang “Rindu” sejak beberapa jauh sebelum kedatangannya. Yapp!! Sang Tamu Agung yang selalu dirindu itu bernama “RAMADHAN”. Pertanyaannya,, Benarkah Kita RINDU Ramadhan?? Atau Benarkah kita menganggapnya sebagai tamu agung ?? Aaahh,, semoga itu bukan hanya sekedar kata di bibir saja. (Semoga kekhawatiran ini bukan hanya menjadi kekhawatiran ku, tapi juga kekhawatiranmu dan kita semua).

Jika RINDU itu benar,, apa yang telah kita persiapkan untuk saat pertemuan terindah dengannya?? Bukankah ketika kita rindu pada seseorang yang sudah lama tidak bertemu, biasanya kita menyiapkan segala sesuatu untuk pertemuan terindah itu? Berbagai hal akan kita lakukan sebagai ungkapan rindu, meskipun pertemuan itu hanya sesaat. Bukan hanya sekedar bahagia membayangkan saat pertemuan tapi kita juga mencoba mengingat segala kenangan indah masa-masa kebersamaan dulu.

 Jika kita sepakat ia adalah “Tamu Agung”, apa yang sudah kita lakukan untuk menyambut kedatangannya?? Bukankan biasanya kita akan sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan sang tamu agung. Mulai dari membersihkan rumah, menyiapkan jamuan dan hidangan spesial, juga melakukan berbagai hal yang menurut kita akan menyenangkan hati sang tamu agung. Padahal ia hanya akan tinggal di rumah kita beberapa hari. Lalu kemudian, berharap sang tamu agung itu bersedia untuk datang kembali ke rumah kita, menjumpai kita atau sekedar menyapa kita.

Kini,, samakah sikap kita pada sang tamu agung bernama “Ramadhan”? Benarkah kita Rindu pada Ramadhan? Jawaban atas pertanyaan itu tak akan kita temui dibuku-buku manapun, atau dengan search di “Om Google” sekalipun. Karena jawabannya ada di hati kita masing-masing. Iman yang ada di dasar hati kita yang akan menjawabnya.

 Andai rindu itu benar dan andai kita memang menganggap Ramadhan sebagai tamu agung, seharusnya kita tidak membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. Seharusnya kita semangat untuk mempersiapkan acara penyambutan. Menyambut kedatangannya bukan hanya dengan hati tapi juga dengan sikap kita, amalan-amalan kebaikan kita yang semakin bertambah dari bulan-bulan sebelum Ramadhan. Tapi, kebanyakan yang terjadi justru sebaliknya. Sebagian kita malah sibuk menyambut dan mempersiapkan kedatangan Hari Raya Iedul Fitri jauh-jauh dari sebelumnya, yaitu dengan sibuk membeli pakaian baru untuk dipakai di hari raya, mengecat rumah dan merapihkan rumah, dan membuat kue-kue untuk menyambut tamu-tamu di hari raya. Mungkin tuntutan budaya, tapi tak pernah di anjurkan, apalagi sampai berlebihan. Jika itu yang kita lakukan,,  Hati-hati, tamu agung bernama Ramadhan itu akan cemburu. Bisa-bisa, ia tak lagi sudi bertemu dengan kita di tahun berikutnya.

 Jikapun tamu agung bernama Ramadhan itu benar-benar menghampirimu, maka jamulah ia semampumu. Ibarat sebuah kereta, dirimu adalah calon penumpang di Kereta Ramadhan ini. Dirimu sendiri yg memutuskan akan naik atau tidak. Lama perjalanan 30 hari, dengan tujuan “Kampung Surga”. Jika memutuskan untuk naik, tak peduli naik di gerbong yang mana, gerbong 1, 2 atau 3. Tujuannya tetap sama “Kampung Surga”. Atau jika engkau memutuskan untuk tidak ikut,, tak berpengaruh !!!  Ada atau tidak ada dirimu, kereta itu akan tetap berjalan membawa para perindu surga. Ketiga gerbong itu adalah gerbong executive dengan pelayanan special untuk orang-orang special. Di gerbong sepuluh hari pertama, para penumpangnya akan diberikan limpahan rahmat. Di gerbong sepuluh hari kedua, semua penumpangnya tak peduli besar-kecil, tua-muda, mereka semua akan mendapatkan pengampunan, dan di gerbong sepuluh  hari ketiga, setiap umat Islam yang naik ke gerbong ini dijanjikan akan terbebas dari api neraka. Subhanallah,,

Ramadhan. Bulan mulia, bulan dimana al-Quran diturunkan, bulan shiyam, bulan qiyamullail, bulan berhias tahajud, bulan yang dipenuhi airmata umat yang bertobat, bulan penuh kesabaran, penuh ketaqwaan, bulan dimana pahala dan ampunan Allah diobral semurah mungkin, bulan dimana pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya, bulan dimana para syaitan dibelenggu, bulan dimana amal kebaikan dilipatgandakan, dan bulan dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih mulia dari malam seribu bulan (Lailatul Qodar). Dialah bulan mulia yang ditunggu-tunggu sejak 11 bulan yang lalu oleh orang-orang sholeh, dan ditangisi dibanyak mesjid sejak 10 hari menjelang kepergiannya.

 Allahualam bisawab.. Afwan,, ini hanya sekedar ‘celoteh’ yang tak mau bertahan di dalam hati. Ia hanya ingin diungkap agar orang lain bisa merasakan manfaat dari keberadaannya. Sepenuhnya, ‘celoteh’ ini muncul dari pertanyaan yang sama pada diri sendiri, “Benarkah kita rindu Ramadhan?”. Semoga kita bisa mengambil makna sebenarnya dari kata “Rindu pada sang tamu agung bernama Ramadhan”.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/konselor-fijriani/ini-tentang-rinduku-rindumu-rindu-kita/10150711892220137